Kemudian Ida Sang Bang Banyak Wide berkata, seraya menghaturkan sembah bakti “Singgih pukulun Sang Pendeta, hamba adalah cucu dari Sang Pendeta Siddhimantra, ayahanda hamba adalah Sang Pendeta Angkeran. Nama hamba Sang Banyak Wide, maksud tujuan hamba adalah ingin bertemu dengan kakek Kakiyang hamba di Griya Daha, Ida Sang Pendeta Siddhimantra itu”.
Baru didengar hatur Ida Sang Banyak Wide demikian, menjadi sangat terharu perasaan Ida Pandita, seraya berkata: “Aum cucuku tercinta, kalau demikian maksud tujuan cucunda, ketahuilah bahwa kakek cucunda ini memiliki hubungan saudara dengan kakekmu itu yang kini sudah tiada. Karena itu sekarang yang paling baik, dengarkan kakekmu ini, jangan dilanjutkan keinginan cucunda pulang ke Griya kakekmu.
Di sini saja cucunda berdiam, mendampingi kakekmu ini yang sudah tua renta. Cucuku menjadi pewaris keturunanku, sebab kakekmu ini tidak memiliki keturunan atau anak.
Dulu putera kakek ada Iaki-laki seorang, bernama Sira Bang Guwi. Sudah dibunuh oleh sang raja, dosanya karena membangkang kepada raja. Sebab itu sekarang putung – tidak berketurunan kakekmu ini, semoga berkenan cucunda menjadi sentana-keturunan pewarisku, yang akan memelihara tempat kediaman ini kelak di kemudian hari. Sekarang cucunda yang memerintah di kawasan ini.
Di samping itu ada petuah Kakek, sebab cucunda memakai pegangan Ke-Budhaan, sementara kakekmu ini melaksanakan Kesiwaan, karena itu sekarang cucunda janganlah lagi menggelar Kebudhaan, gelaran Siwa yang cucunda jadikan pegangan “.Demikian wacana Ida Mpu Sedah kepada Ida Bang Banyak Wide yang memahami dan menyetujui kehendak Ida Pandita, sehingga akhirnya Ida Bang Banyak Wide diresmikan sebagai putera angkat – kadharma putera.
Sangatlah sukacita perasaan Sang Pendeta. sangat dimanja putranya Ida Bang Banyak Wide. Singkat ceritera, sekarang telah berdiam Ida Sang Bang Banyak Wide di Griya Daha mendampingi kakeknya Ida Mpu Sedah.