Namun disayan gkan, benteng ini kurang terawat, terkesan kumuh menghinggapi benteng yang memiliki luas 7.249 m dengan tinggi tembok 4,5 m serta ketebalan tembok 0,5 m ini. Kekumuhan ini tampak dari banyaknya PKL yang mangkal di sekeliling tembok benteng, rumah warga yang bersentuhan dengan tembok benteng secara langsung maupun dilema adanya beberapa Kepala Keluarga yang masih mendiami bangunan di dalam benteng tersebut.
Secara historis Benteng Erfprins merupakan pusat militer kolonial Belanda di Bangkalan. Di situlah para serdadu kolonial beraktivitas hingga saat sekutu kalah dalam perang dunia kedua, Benteng Erfprins berhasil direbut oleh pejuang kemerdekaan yang ada di Bangkalan.
Sejak saat itulah Benteng Erfprins menjadi pusat pertahanan pejuang kemerdekaan, bahkan saat para pejuang hendak mengirim pasukan Cakra Madura sebagai bala bantuan untuk pejuang di Surabaya dan Tuban. 1 Batalyon pasukan pejuang tersebut dihadang di 3 titik yakni Kamal, Ujung Piring, dan Klampis. Saat itulah benteng erfprins yang sudah dikuasai pejuang menjadi benteng terakhir mereka dari serangan musuh.
Di lokasi benteng ini para pejuang melakukan aktivitas dahulunya dalam rangka mengalahkan penjajah seperti persiapan pertempuran, perencanaan strategi peperangan melawan penjajah dilakukan oleh pejuang kemerdekaan di Bangkalan. Sayang, lokasi bersejarah tersebut kini tak terawat dan tak lagi dihiraukan oleh warga sekitar.
Saat ini 3 bangunan yang ada di benteng tersebut telah berubah fungsi dan bentuk, benteng sendiri tak lebih dari sekedar sebuah perkampungan. Ball room yang dulunya menjadi pusat kegiatan para perwira kini, hanya menjadi bangunan kosong tak terawat. Sementara tandon dan bunker kini menjadi kantor PDAM Kota Bangkalan, maka tak ayal jika tak banyak warga setempat yang tak paham sejarah situs bersejarah yang pernah dijadikan pusat perjuangan kemerdekaan ini (Syaf/dari beberapa sumber)