Filosofi Keraton dan Masjid Jamik Sumenep

Alun-alun dijadikan Taman Adipura
Alun-alun dijadikan Taman Adipura

Disebelah selatan keraton terbentang jalan menuju Mesjid Jamik dan kemudian disebut Masjid Agung (ke arah barat), sedangkan ke arah timur menuju jalan Kalianget. Di sebelah timur keraton adalah perkampungan, dan di arah timur jalan adalah Kampong Pamon, artinya tempat pertemuan aliran air taman keraton dan aliran-aliran air taman milik rakyat dan taman lake’ (tempat pemandian prajurit keraton). Aliran air itu kemudian disalurkan ke kali Marengan. Dan jalan Dr. Sutomo ke arab timur terdapat jalan menurun, sebelum tikungan jalan berdiri pintu gerbang keluar atau Labang Galidighan. Di sebelah barat pintu keluar terdapat jalan menurun, bekas undakan (tangga) tujuh.

Disebelah selatan jalan undakan terdapat Sagharan atau laut kecil merupakan tempat bertamasya putera-puteri Adipati. Sagharan tersebut dilengkapi dengan perahu untuk tamasya putera-puteri Adipati. Kini, sagharan tersebut ditempati perumahan rakyat dan lapangan tennis. Di sebelah barat lapangan tenis, berdiri kamarrata merupakan tempat kereta kencana, dan dibelakangnya berdiri kandang kuda lengkap dengan dua taman. Taman di sebelah timur ditempati buaya putih yang dipelihara oleh Adipati pada jaman itu.

Makodim Sumenep, yang dulunya Tangsi Prajurit Keraton
Makodim Sumenep, yang dulunya Tangsi Prajurit Keraton

Sedangkan taman di sebelah barat merupakan tempat pemandian kuda. Kini, bagian belakang Kamarrata didirikan Taman Kanak-Kanak, dan di sebelah selatannya didirikan Gedung Olahraga atau lapangan bulutangkis. Di belakang lapangan bulutangkis didirikan perumahan rakyat. Di sebelah barat Kamarrata didirikan Pancaniti (undakan lima) di dekat lonceng yang merupakan Gedung Pengadilan Keraton. Di sebelah barat Gedong Pengadilan Keraton oleh Pemerintah Hindia Belanda didirikan rumah-rumah Komandan Barisan.

Di sebelah selatan alun-alun didirikan Tangsi Prajurit Keraton yang kemudian diubah menjadi Korp Barisan Sumenep, pada tahun 1831 M. Di depan tangsi merupakan tempat latihan para prajurit keraton atau Korp Barisan Sumenep. Sedang disebelah utara alun-alun berdiri Gedung bertingkat atau Pangkeng Malang yang di tempati oleh Adipati dengan keluarganya untuk menyaksikan kegiatan olah raga. Di sebelah barat dan timur Pangkeng Malang berdiri pertokoan memanjang ke utara, dahulu berfungsi sebagai pasar keraton.

Daerah tersebut oleh Pangeran Natakusuma dihadiahkan kepada Lauw Pia Ngo cucu Lanuw Kun Thing, sebagai arsitek Kraton dan Mesjid Jamik Sumenep. Disebelah timur kawasan pasar merupakan perkampungan. Kemudian pada jaman pendudukan Jepang disebelah timur perkampungan dibongkar dan dijadikan Pasar Kambing. – Dinukil dari buku Sejarah Sumenep, 2013

 

Artikel bersambung:

  1. Nilai Filosofis Kompleks Keraton Sumenep
  2.  Filosofi Keraton dan Masjid Jamik Sumenep.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.