Rantai atau jembatan rantai di Desa Marengan Sumenep merupakan jembatan yang memiliki nilai sejarah pada masanya. Ghaladak Rantai, tepatnya berlokasi di Kali Marengan arah timur kota Sumenep itu, pada jalam kolonial dikenal dengan sebutan Ophaalbrug (jembatan: bld)
Jembatan ini merupakan satu-satunya jembatan tarik yang ada di Sumenep. Konon bahan utama bangunan jembatan dari kayu besi, dengan panjang kurang lebih 8 meter, dan lebar 3 meter, memebentang Kali Marengan yang menjadi jalur perdang sekaligus merupakan jalur masuk menuju Kota Sumenep dari wilayah timur.
Karena memang wilayah Marengan memiliki posisi strategis sebagaium jalur transportasi dari arah pelabuihan Kalianget ke Sumnenep. Namun bila diperhatikan posisi jembatan ini membentang di sungai ini mengarah jalur selatan, yaitu wilayah-wilayah yang berbasis ladang pegaraman, sehingga kemungkian jembatan ini difungsikan, khususnya untuk mengangkut hasil garam ke pelabuhan Kalianget.
Seperti halnya jembatan yang dibangun pada kolonial Belanda seperti di Surabaya atau Batavia, posisi jembatan ini bisa diangkat atau digerek keatas bila ada kapal atau perahu yang melintas dibawahnya.
Namun demikian, melihat pertumbuhan dan perkembangan masyarakat makin meluas, jembatan tarik atau jembetan derek itu dirasa kurang efektif, bahkan tidak ada lagi parahu atau kapal yang melewati lintasan sungai tersebut, dan akhirnya tidak lagi berfungsi sebagai jembatan tarik.
Untuk itu pemerintah setempat telah merenovasi menjadi jembatan beton dan tentu lebih kokoh dan kuat. Namun demikian jembatan yang bersejarah pada jaman kolonial itu, sampai saat ini masyarakat Sumenep, menyebutnya sebagai Ghaladak Rantai.