Mereka yang dikategorikan sebagai kanca adalah orang-orang yang saling terikat oleh hubungan sosial dan emosional. Jika kualitas hubungan yang terjalin sebatas hubungan pertemanan biasa orang Madura menyebutnya kanca biyasa, tapi jika kualitas hubungan menjadi akrab disebut kanca rapet. Bahkan jika kualitas hubungan sampai mencapai tingkatan yang sangat akrab sehingga hampir tidak berbeda dengan hubungan persaudaraan maka kanca atau kanca rapet dapat dianggap dan diperlakukan juga sebagai anggota keluarga atau taretan.
Sebaliknya, adakalanya anggota keluarga (taretan termasuk taretan ereng, persaudaraan karena adanya ikatan perkawinan) dapat dianggap dan diperlakukan sebagai oreng (bukan keluarga) jika kualitas hubungan kekerabatannya sangat rendah misalnya karena adanya perselisihan dengan anggota keluarga yang lain. Hal yang demikian dalam ungkapan bahasa Madura disebut oreng dhaddhi taretan, taretan dhaddhi oreng (artinya: orang lain yang bukan keluarga dapat dianggap sebagai saudara, sebaliknya saudara sendiri dapat dianggap sebagai bukan keluarga). Bahkan jika perselisihan tersebut menyebabkan hilangnya hubungan kekerabatan maka tidak mustahil anggota keluarga tersebut dianggap sebagai moso (musuh). Dalam situasi semacam ini, tidak tertutup kemungkinan terjadinya konflik kekerasan intra-keluarga. Dengan demikian, kualitas hubungan yang terjalin sangat ditentukan oleh kualitas pengakuan sekaligus penghargaan terhadap kapasitas diri masing-masing individu.
Kebalikan daripada teman (bhala) adalah musuh (moso). Moso dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu moso dalem dan moso lowar. Moso dalem adalah musuh dari lingkungan keluarga sendiri, sedangkan moso lowar adalah musuh yang tidak mempunyai ikatan kekeluargaan atau bukan dari lingkungan keluarga sendiri. Baik moso lowar maupun moso dalem masih dibedakan lagi antara moso mata dan moso ate.
Moso mata adalah seseorang atau sekelompok orang yang secara terang-terangan diperlakukan sebagai musuh sehingga konflik dapat meledak dimana saja dan kapan saja. Itu sebabnya, masing-masing pihak harus selalu dalam keadaan waspada dan siap siaga mengantisipasi terjadinya segala kemungkinan terburuk (konflik kekerasan). Moso ate adalah seseorang atau sekelompok orang yang dalam pergaulan sehari-hari tidak secara terang-terangan diperlakukan sebagai musuh tapi diperlakukan seolah-olah sebagai teman. Bahkan adakalanya hubungan pertemanan terkesan sangat erat bagaikan sahabat karib (kanca rapet). Tanda-tanda atau isyarat-isyarat permusuhan sama sekali tidak diperlihatkan. Akibatnya, biasanya orang yang sebenarnya adalah musuh ini menjadi lengah terhadap ancaman tindakan kekerasan yang akan menimpanya.