Tumenggung Jaingpati Menerima Surat Raden Trunojoyo
Pada paruh kedua abad XVII Raden Trunojoyo dari Sampang berontak kepada Mataram sekaligus kepada Kompeni Belanda, karena Amangkurat II sebagai Raja Mataram saat itu tunduk kepada Kompeni. Trunojoyo lalu menghimpun kekuatan. Ia juga dibantu oleh bangsawan Makassar, Karaeng Galesong. Pemberontakan Trunojoyo membuat Mataram dan Kompeni kewalahan menghadapinya. Trunojoyo mendapat dukungan rakyat di mana-mana karena tujuan perjuangannya mengusir penjajah dan tanab Jawa.
Pada suatu hari Tumenggung Jaingpati menerima surat dari Raden Trunojoyo yang bermaksud untuk bertamu ke Keraton Sumenep. Ia ingin memenuhi janjinya yang pernah diutarakan kepada temannya Raden Bugan ketika sama-sama belajar di Gresik dan ketika bertemu di Gili mananggal. Namun Tumenggung Jaingpati justru menanggapi lain, menyangka Raden Trunojoyo akan melakukan invasi ke daerah Sumenep. Tumenggung merasa khawatir, jangan-jangan Trunojoyo akan melakukan penyerbuan dan menaklukkannya.
Tumenggung Jaingpati mengumpulkan pemimpin-pemimpin di Sumenep, juga memanggil Raden Bugan. Mereka kemudian bermusyawarah untuk menyambut kedatangan Raden Trunojoyo yang kemungkinan akan melakukan serangan terhadap Sumenep. Dan hasil persidangan, semua sepakat untuk menunjuk Tumenggung Jaingpati sendiri yang pantas untuk menyambut kedatangan Raden Trunojoyo, baik sebagai tuan rumah maupun sebagai musuh.
Perasaan was-was Tumenggung Jaingpati bukan tanpa alasan, karena Raden Trunojoyo dengan pasukannya dikenal gagah berani dan merupakan salah seorang bangsawan yang berani berontak terhadap kekuasaan Mataram. Sementara Tumenggung Jaingpati diangkat sebagai adipati di Sumenep atas perintah Mataram.
Tumenggung Jaingpati kurang berani untuk menyambut kedatangan Raden Trunojoyo, kemudian menunjuk Raden Wangsajaya (Raden Bugan) untuk menyarnbut kedatangan Raden Trunojoyo.