Wangsajaya Menyambut Kedatangan R. Trunojoyo
Raden Wangsajaya bersedia menerima tugas dari Tumenggung yang dibebankan kepadanya dengan syarat ia harus mernakai pakaian kebesaran (Raja) dan diijinkan membawa pasukan perang serta dilepas dengan upacara kerajaan. Syarat yang diajukan Raden Wangsajaya dapat diterima oleh Tumenggung Jaingpati.
Hari itu, di alun-alun kota Sumenep berkumpul sekitar 700 orang pasukan perang, Raden Wangsajaya memakai pakaian kebesaran kerajaan sebagai wakil Adipati Sumenep yang akan menyambut kedatangan tamunya, Raden Trunojoyo. Dari alun-alun kota Sumenep pasukan perang yang dipimpin Raden Wangsajaya dilepas dengan upacara kerajaan untuk bertolak menuju daerah perbatasan antara Sumenep dengan Pamekasan.
Iringan pasukan berkuda dan sebagian dengan berjalan kaki menuju kearah selatan kota. Tampaknya mereka bukan bersiap untuk menyambut tamu, tetapi laksana akan berlaga di medan peperangan. Pada saat matahari akan tenggelam di ufuk barat, dan keadaan sekitar mulai gelap, rombongan pasukan yang dipimpin Raden Wangsajaya baru sampai di bagian barat wilayah Prenduan. Saat itu diputuskan bermalam di situ sambil menunggu matahari terbit untuk melanjutkan perjalanan.
Saat tengah malam tiba, semua pasukan beristirahat. Tanpa diketahui anggota pasukan, Raden Wangsajaya lalu keluar sendirian dari tempat bermalam. Dengan menaiki kuda sendirian ia menuju ke arah barat. Sampai di desa Kaduwara Timur ia berjumpa dengan Raden Trunojoyo yang juga sendinian menaiki kuda. Dua orang pemimpin yang pernah bersahabat di pesantren Giri tersebut lalu bercakap-cakap sampai pagi hari tiba. Sementara anggota pasukan perang dari Sumenep merasa cemas ketika mengetahui Raden Wangsajaya tidak ada di tempat. Mereka menyangka Raden Wangsajaya diculik pasukan Trunojoyo.
Beberapa pasukan itu kembali ke keraton Sumenep untuk melaporkan kepada Tumenggung Jaingpati mengenai hilangnya Raden Wangsajaya, yang diduga keras telah diculik oleh pasukan Raden Trunojoyo. Menenima laporan dari pasukan yang dipimpin Raden Wangsajaya, Tumenggung Jaingpati menjadi ketakutan. Ia lalu melarikan diri ke Sampang lewat jalur tengah, Batuampar — Pakong, dan tidak kembali lagi ke Sumenep karena menduga Sumenep telah ditaklukkan Raden Trunojoyo. (Dinukil dari Sejarah Sumenep, 2013)
Artikel bersambung;