tercintanya. Dipeluknya anak semata wayang itu. Tangis haru pun pecah di serambi keraton Sumenep.
“Syukurlah anakku, Engkau kembali dengan tiada kurang suatu apa pun!” Kata Raja Saccadiningrat sambil terisak.
“Terima kasih Ayahanda, Ibunda.” Pottrè Konèng pun tak kuasa membendung air mata. Lama sekali ia dalam pelukan ayah dan bundanya.
Hari-hari pun terus berganti. Pottrè Konèng masih trauma dengan mimpi yang terjadi di Gua Payudan. Terasa ada perubahan yang tidak biasa pada dirinya. Ya, tubuhnya tidak lagi seperti yang dulu. Semakin hari perutnya semakin membesar. Ada getaran-getaran aneh di dalamnya. Pottrè Konèng tidak habis pikir. Mengapa mimpi membuat dirinya hamil?
Untuk sementara waktu ia bisa menyembunyikan keadaannya, tetapi bertambahnya hari membuat kondisi tubuh Pottrè Konèng tidak bisa disembunyikan lagi. Akhirnya tersiar kabar, kalau Pottrè Konèng telah hamil.
Gempar. Ya, kegemparan melanda keraton Sumenep. Raja Saccadiningrat pun murka atas keadaan puterinya. Beliau tidak akan mentolerir hubungan gelap puterinya. Raja begitu geram. Siapa yang berani berbuat nekat terhadap puterinya?
“Siapa yang telah menodai Engkau, Pottrè Konèng ?” Wajah Pangeran seakan terbakar. Raut kemarahan berkobar di mimik mukanya. Pottrè Konèng hanya menunduk. Tidak tahu apa yang harus ia katakan. Apa yang mesti ia lakukan. Dengan meremas jari tangannya sendiri, ia mencoba mengumpulkan keberanian.
“Tidak ada, Ayahanda. Sungguh, Ananda tidak berbuat sebagaimana tuduhan Ayah!”
“Bohong! Cepat katakan, siapa yang berani berbuat nekat kepadamu, Nak!”
“Sungguh, Ayah. Ananda tidak berbohong. Tidak ada seorang pun yang menyentuh tubuh Ananda!”
“Prak! Banjingan!!” Dalam murka yang meluap, Pangeran menampar Pottrè Konèng . Darah mengucur dari bibirnya yang merekah. Air matanya mengucur deras. Pottrè Konèng berusaha bersitatap dengan Ayahandanya.
“Demi Allah, Ayah. Luka dan darah ini tidak lebih sakit daripada tuduhan keji Ayah terhadap puterinya sendiri. Ayah lebih percaya emosi daripada mimpi yang telah Ananda alami.” Tanpa sengaja Pottrè Konèng bertutur tentang pemuda tampan yang datang dalam mimpinya, tetapi semua kisah mistis itu tidak serta merta meredakan amarah Pangeran Saccadiningrat.
“Pengawal, bawa ia ke dalam penjara!” Masih dengan luapan amarah, Pangeran Saccadiningrat memerintahkan pengawalnya untuk memasukkan puterinya ke dalam penjara.