Pada masa Orde Baru masih berkuasa, siapa asaja yang melawan kebijakan pasti akan habis, dan KH. Alawi menyadari risiko itu. Bukan hanya itu, gebrakan ulama Sampang ini juga dikenal sebagai tokoh yang berani memprotes kecurangan pemilu yang terjadi pada tahun 1997 oleh penyelenggara pemilu dan pemerintah kala itu.
Ketegasan serta komitmennya membela kaum tertindas menjadikan ulama ini disegani oleh banyak orang dan menjadi sangat terkenal di Pulau Madura, bahkan menjadikan catatan tersediri dalam pemberitaan nasional. Karisma dan sikap pemberani KH Alawy Muhammad diakui oleh masyarakat Madura, dalam memperjuangkan hak-hak rakyat dikenal kritis terhadap pemerintahan. Di sisi lain, KH Alawy Muhammad juga dikenal sebagai tokoh nasionalis. Bahkan, sebelum meninggal dunia, almarhum berwasiat agar masyarakat mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.
Dari Keluarga Petani
Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) At-Taroqi, Dusun Tanggumung, Desa Karongan, Sampang, Madura ini, mempunyai latar belakang beda dibanding para pimpinan Ponpes atau KH. umumnya di Madura, yaitu bertanggung jawab secara regenerasi pumpinan keluarga Ponpes sebelumnya.
Namun tidak bagi KH. Alwy, sebagai pengasuh Ponpes bukan karena warisan orang tuanya, namun justru dari kalangan orang biasa, yakni dari keluarga petani. Ihwal ia sampai memimpin pondok kini, karena pengelola Ponpes sebelumnya meninggal dalam usia muda, pada saat Ponpes sekitar 2.000 santri, putra dan putri. Ia dibantu dua dari 11 anaknya mengelola Ponpes At Toriqqi.
Semasa masih muda, KH. Alawy bahkan sempat merantau ke Jawa dengan menjadi pedagang, sebagaimana kebanyakan warga Madura pada umumnya. Bahkan pada usia 27 tahun KH Alawy menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Mekkah hingga tiga kali berturut-turut dan yang terakhir pada tahun 1985. Ketika itulah, ia belajar agama kepada ulama-ulama ternama di Mekkah, selain sebagai kepala keluarganya sendiri di Sampang, Madura.
Selain memimpin At Toriqqi KH. Alawy terjun dalam dunia politik karena tokoh kharismatik ini berkeyakinan bahwa terjun di dunia politik merupakan keharusan, dan politik merupakan media dakwah. Meski baginya, politik merupakan keharusan dan umat Islam harus masuk dalam wadah partai politik yang berideologi Islam, namun KH. ini justru menolak jika negara berasaskan Islam atau membentuk negara Islam.