Peristiwa carok merupakan suatu pembunuhan yang sangat keji dan sadis yang diatasnamakan untuk mempertahankan harga diri yang tercabik. Kekejaman, kekejian, dan kesadisan dapat dilihat dari kondisi korban carok. Tubuh para korban penuh luka bacokan, bahkan terkadang terpotong-potong sampai beberapa bagian.
Kalau pada awalnya tragedi carok dipicu oleh sesuatu yang esensial dan prinsipil, namun lambat laun persoalan “martabat dan harga diri” bergeser pada persoalan-persoalan sepele dan kecil, seperti perbedaan dari tiap personal (pribadi) yang mampu menjadi pemicu carok, misalnya melanggar kesopanan, persoalan anak-anak, penghinaan dan persoalan-persoalan kecil yang mampu membakar emosi.
Dalam perkembangannya budaya carok lambat laun mulai terkikis dari masyarakat tradisional Madura. Hal itu disebabkan oleh gesekan dengan budaya yang datang dari luar Madura disamping akses pendidikan yang telah memasuki sendi-sendi kehidupan. Rasionalitas berfikir pragmatis untung rugi carok telah menjadi penyebab menipisnya budaya Carok.
Carok bukan lagi sebuah kebanggaan mempertahankan harga diri, karena harus dibayar mahal dengan tergadainya badan ke bui. Di samping itu telah terjadi pergeseran nilai carok itu sendiri, misalnya sang istri diganggu ataupun sengaja ber-selingkuh maka jarang terjadi sang suami mengangkat celurit (sebagai senjata) untuk membabat sang pengganggu.
Dengan demikian budaya Carok sebagai warisan lama lambat laun akan punah, apalagi senjata yang biasa di pakai untuk carok, yaitu celurit telah berubah fungsi menjadi Celurit Emas.
Image inilah yang secara terus-menerus didengungkan dan dikumandangkan oleh D. Zawawi Imron, penyair dan budayawan Madura untuk menepis sekaligus menghapus image orang Madura yang senantiasa digambarkan sosok yang keras, angkuh, egois, kumuh, bromocorah, masyarakat pinggiran dengan aksen kental logat Madura yang amburadul. Padahal sosok yang senantiasa digambarkan dalam tayangan Televisi, jauh panggang dari api.
Akses informasi global juga memberikan andil yang besar punahnya budaya lama carok. Saat ini budaya carok hanya menjadi semacam dongeng dari kilasan-kilasan kenangan lama generasi tua yang pernah menyaksikan kekerasan, kekejian, dan kesadisan akibat carok. Carok hanya tinggal kenangan, kenangan hitam dari sifat egois anak manusia dalam upaya mempertahankan martabat dan harga diri.