Baru mendengar hatur adik-adiknya berdua, lama Ida Sang Banyak Wide berdiam, berpikir-pikir. Karena memang tidak pernah berpisah dan mereka saling mengasihi satu sama lainnya. Kemudian beliau berkata: “Inggih, kalau demikian pendapat dinda berdua, patut juga, di Bali agar ada, ke Jawa, menurut kanda, juga agar ada yang memberitahukan perihal keadaan kita di Bali ini, seperti yang dikatakan dinda Wayabiya baru. ltu sebabnya perkenankan kanda akan sendirian pergi ke Jawa, untuk menghadap kepada Ida l Kakiyang.
Namun ada petuah kanda kepada dinda berdua. Walaupun kanda tidak lagi berada di sini bersama dinda berdua, di mana saja mungkin kanda – dinda berdiam, kalaupun kanda – dinda menemui kebaikan atau keburukan, agar supaya tidak kita lupa bersaudara sampai nanti kepada keturunan kita di kelak kemudian hari. Ingat betul nasehat suci dari Ayahanda kita: Ala Ayu Tunggal! Ayu tunggal, Ayu kabeh. Ala tunggal, ala kabeh! Duka dan suka tunggal! Kalau satu orang mendapatkan kegembiraan, agar semuanya bisa ikut menikmatinya.
Demikian juga kalau salah satu mengalami kedukaan agar semuanya merasakannya. Mudah-mudahan kita semuanya bisa bertemu kembali. Kalau tidak kanda yang bisa bertemu dengan dinda, semoga anak cucu kita bisa bertemu serta mengingatkan persaudaraan kita di kelak kemudian hari”.
Inggih, silakan palungguh kanda pergi, dinda menuruti semua apa yang kanda katakan, Semoga kanda selamat, serta bisa bertemu dengan Ida l Kakiyang”. Demikian hatur adiknya berdua.
Pada hari yang baik, Ida Bang Banyak Wide mohon diri kepada saudaranya berdua, seraya berangkat. Diceriterakan perjalanan Ida Bang Banyak Wide, demikian banyaknya desa, perumahan serta hutan dilewatinya, lembah dan jurang yang dituruninya, jarang sekali berjumpa dengan manusia. Banyak sekali kesulitan yang ditemuinya di jalan tak usah diceriterakan, namun Ida Bang Banyak Wide, walau masih jejaka muda-belia, demikian teguhnya kepada tekadnya, tidak pernah takut dan khawatir menghadapi kesulitan dan hambatan di jalan.