Kembali pula diceritakan Kudho Panule. Setelah ia berhenti di Omben, maka terus ia dengan isterinya berjalan menuju ke Sumenep kepada ibunya yaitu Dewi Saini yang disebut orang “Puteri Kuning” yang pada itu waktu telah ada berkumpul di rumah ayahnya yang bernama Wagung Rukyat alias Pangeran Setyodiningrat II memerintah di Sumenep-Selatan dan Sumenep Utara. Sebelum itu daerah Sumenep-Utara ada di bawah perintah dari pangeran Bukabu yaitu mertua dari pangeran Setyodiningrat II, sedang daerah Sumenep-Selatan ada di bawah perintah Pangeran Setyodiningrat 1, ayah dari Pangeran Setyodingrat II.
Suatu riwayat menceritakan pula, bahwa sumber di sebelah timur kota Sampang yang mengandung zat belirang yang disebut orang sumber banyu banger dan pula suatu sumber yang terletak di desa Keduara-timur Kecamatan Prenduan atau Pragaan yaitu yang disebut orang sumber Sendang, adalah dibikin oleh Kudho Panule di dalam perjalanannya menuju ke Sumenep.
Diceritakan, bahwa pada ketika Kudho Panule sampai di Sumenep kebetulan ia punya embah (papa besar) yaitu pangeran Setyodiningrat I sedang menghadap kepada raja Majapahit (yaitu ayah mertua dari Kudho Panule). Yang menemui ia ada di keraton Sumenep ialah pepalih Sumenep yang bernama Joyosingo dan ia punya ibu sendiri yaitu Puteri Kuning.
Dari ia punya ibu ia dapat mendengar ia punya riwayat mulai dari bermula hingga akhirnya. Juga ia dapat tahu bahwa tempat pertapaan dari ibunya yaitu suatu gua ada di gunung Geger (Kecamatan Geger, Kabupaten Bangkalan), dan pula ia dapat tahu bahwa pada itu waktu ia punya ayah yaitu Adipoday (Panembahan Sapudi yang sampai sekarang kuburannya ada di desa Nyamplong, Kecamatan dan Kawedanan Sapudi), sedang bertapa di gunung Geger. Kudho Panule menceritakan juga pada ibunya tentang ia punya perjalanan mulai dari bermula sampai pada akhirnya dan diberitakan pula, bahwa ia punya saudara muda yaitu Joko Wedi telah menjadi raja Gersik menggantikan ayah mertuanya.