Bukan hanya hal tersebut diatas saja, sebab bila kita berbicara tentang Madura maka memang banyak kalangan berbicara bahwasannya budaya Madura amat jelek. Itu didukung dengan kebiasaan masyarakat luar Madura memunculkan sosok orang Madura yang jahat, seram bahkan sekali-kali dijadikan lelucon karena keterbelakangannya. Salah satu contohnya adalah anggapan bahwa orang Madura suka carok atau kekerasan dalam menyelesikan masalah yang dihadapinya serta sulit diajak melakukan pembangunan untuk mencapai kemajuan.
Madura, menurut penelitian A. Latief Wiyata, memang memiliki karakteristik sosial budaya (sosbud) khas yang didalamnya banyak hal tidak dapat disamakan dengan karakteristik sosbud masyarakat etnik lain. Sedangkan realitas yang tidak perlu dipungkiri saat ini bahwa karakteristik sosbud Madura cenderung dilihat orang luar lebih pada sisi yang negatif saja. Pandangan itu berangkat dari anggapan bahwa karakteristik (sikap dan perilaku) masyarakat Madura itu mudah tersinggung, gampang curiga pada orang lain, temperamental atau gampang marah, pendendam serta suka melakukan tindakan kekerasan. Semua itu, tidak lebih dari suatu gambaran stereotip belaka. Sebab, kenyataannya, salah satu karakteristik sosok Madura yang menonjol adalah karakter yang apa adanya. Artinya, sifat masyarakat etnik Madura memang ekspresif, spontan, dan terbuka.. Ekspresivitas, spontanitas, dan keterbukaan orang Madura, senantiasa terbukti ketika harus merespon segala sesuatu yang dihadapi, khususnya terhadap perlakuan oranglain atas dirinya. Misalnya, jika perlakuan itu membuat hati senang, maka secara terus terang tanpa basa-basi, mereka akan mengungkapkan rasa terima kasihnya seketika itu juga. Tetapi sebaliknya, mereka akan spontan bereaksi keras bila perlakuan terhadap dirinya dianggap tidak adil dan menyakitkan hati.
Jadi hal tersebut diatas berarti bahwa budaya Madura terkesan polos, jujur tanpa ada yang perlu ditutup-tutupi. Setiap orang diperbolehkan untuk mengungkapkan perasaan, keinginan atau kehendaknya. Bila semua masyarakat diluar suku Madura hendak memahami persepsi terhadap orang Madura serta segala bentuk kebudayaannya, dengan lebih objektif. Maka orang Madura benar-benar sosok yang sopan, menghormati orang lain dan rendah hati. Bahkan, dalam kehidupan sehari-hari ada suatu ungkapan, oreng dadi taretan (artinya, orang lain yang tidak punya hubungan apa-apa akan diperlakukan layaknya saudara sendiri). Suatu sikap dan perilaku kultural yang selama ini kurang dipahami oleh orang luar. Tentu saja ungkapan tersebut sangatlah mulia
Tentunya dari ulasan diatas, ada satu hal yang sangat menarik untuk diperhatikan yakni pandangan (image) masyarakat luar terhadap masyarakat Madura. Kita hendaknya berusaha sekuat tenaga agar segala pandangan negatif terhadap masyarakat Madura tersebut segera berubah. Sehingga apabila hal tersebut terwujud maka pembangunan Pulau Madura akan mudah terlaksana.