Lestarinya Tradisi, Mempertahankan Indentitas Lokal

Dalam pergelaran kerapan sapi, sebelum acara dimulai, biasanya akan didahului dengan semacam upacara pembukaan. Pasangan-pasangan sapi akan diarak mengelilingi arena pacuan sembari diiringi gamelan asli Madura (saronen) dan tari pecut. Setelah ritual tersebut selesai baru acara puncak akan digelar. Dalam perlombaannya sendiri sepasang sapi yang telah dipilih dan dijadikan “pembalap” akan menarik sebuah kereta dari kayu sebagai tempat joki berdiri dan mengendalikan sapi-sapi tersebut. Sapi dan joki tersebut akan berlomba memacu adrenalin mereka di areal pacuan yang memiliki luas sekitar 100 meter. Lomba biasanya bisa berlangsung selama sepuluh sampai lima belas detik. Untuk meraih kemenangan dibutuhkan sepasang sapi yang kuat dan seorang joki yang andal. Kedua elemen ini merupakan faktor penting yang tidak bisa berdiri sendiri-sendiri.

Selain kerapan sapi lomba lain yang melibatkan kemampuan hewan adalah lomba burung dara. Menurut sejarahnya permainan ini juga berasal dari Madura, meski hal tersebut belum bisa dipastikan seratus persen kebenarannya. Dalam tradisinya, lomba burung dara terbagi atas dua macam, yaitu “sistem lemahan” dan “sistem tanganan”. Masing-masing sistem ini mempunyai ciri khas sekaligus tata cara tersendiri.

Untuk sistem tanganan misalnya, dara betina yang dijadikan sebagai “umpan” dipegang oleh seorang penggeber atau joki. Sedangkan dara jantan diterbangkan dari jarak yang cukup jauh sekitar 100 m untuk menghampiri burung dara jantan yang dipegang oleh penggeber. Dalam sebuah perlombaan burung yang dinyatakan sebagai pemenang adalah burung yang lebih cepat sampai di tangan penggeber. Sedangkan untuk sistem lemahan, prosesnya hampir sama dengan sistem tanganan, hanya saja dara betina diletakkan di tanah dan dibatasai lingkaran. Dan dara jantan menghampiri burung dara betina tersebut sekaligus masuk ke dalam lingkaran.

Dalam menjaga kekompakan antara burung dara jantan dan betina dibutuhkan latihan tersendiri. Penggeber harus memberikan “pelajaran” secara intensif, bahkan sejak burung dara yang dipilih tengah mengerami telurnya. Pada saat burung ngeram sesungguhnya itu adalah waktu yang tepat bagi burung untuk digiring (dilatih untuk saling membutuhkan atau mendekat). Selama proses pelatihan tersebut telur yang dierami harus dibuang. Lantas kedua pasang burung dara itu dibersihkan dengan air lalu dijemur dalam satu kurungan yang bertingkat dengan posisi atas bawah selama 5 hari. Selepas proses tersebut keduanya akan menjadi sepasang “romeo dan juliet” karena setiap dipisah dara jantan akan mencari atau menghampiri dara betina.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.