Orang Madura mempunyai semangat untuk melakukan perantauan kemana pun. Di tanah rantau pun, orang Madura masih tetap dikenal sebagai sosok yang rajin, ulet dan berkinerja tinggi. Karakter danm sifat lain yang juga melekah pada orang Madura adalah perilaku yang selalu apa adanya dalam bertindak. Suara yang tegas dan ucapan jujur serta apa adanya kiranya merupakan suatu bentuk keseharian yang bisa dirasakan ketika berkumpul dengan orang Madura.
Pandangan atau penilaian mengenai sifat-sifat dan watak atau karakter orang Madura oleh orang-orang luar Madura yang bersifat subjektif dan cenderung tidak tepat serta negatif karena tidak lengkapnya informasi yang diterimaoleh orang-orang luar Madura tersebut.Timbulnya berbagai stereotip negatif tentang etnis Madura seperti tergambar diatas, merupakan akibat dari perkembangan ekonomi dan politik yang penuh anakronisme atau tidak bersesuaian dengan gerak zaman ini, serta segala sesuatu yang terkait dengannya, secara langsung atau tidak langsung sangat penting perannya dalam menentukan gambaran yang terbentuk tentang orang Madura. Mereka lalu di pandang sangat terbelakang dan primitive, tak ubahnya dengan orang yang datang dari waktu lain dan dunia lain.
Streotip etnis Madura tampak sebagaimana diungkapkan oleh E.A. Nadjib (2005:3-4) yang memandang orang Madura tampak sebagai “the most favourable people” yang watak dan kepribadian tertentunya di puji dan dikagumi dengan setulus hati. Tidak ada kelompok masyarakat di bumi ini yang dalam menjaga perilaku dan moral hidupnya begitu berhati-hati seperti diperlihatkan orang Madura. Mereka sangat bersungguh-sungguh dan lugu serta lugas dalam berkata-kata. Oleh karena itu, kalau orang Madura menyatakan sesuatu maka memang demikianlah isi hati pikirannya, dan jika mengungkapkan suatu bentuk sikap tertentu biasanya karena memang begitulah muatan batinnya.
Penggambaran media tentang suatu kelompok yang mengan dung stereotip dapat mempengaruhi persepsi kelompok lain menge nai dunia luar. Kita tidak pernah benar-benar mempunyai penga laman langsung dengan pelbagai aktivitas atau kelompok orang di dunia nyata. Melalui penggambaran di media inilah, kita mema hami, berpikir dan membentuk tanggapan kita terhadap dunia luar.
“saya mengetahui stereotip orang Madura dari media massa, berita-berita kekerasan yang terjadi di media kebanyakan pelakunya adalah orang Madura”
Bahwasanya dengan kekuatan yang dimilikinya, media massa bisa mengubah keadaan tersebut, yaitu mematahkan stereotip, antara lain dengan menghadirkan penggambaran yang lebih positif dibandingkan dengan penggambaran yang selama ini ada. Jadi sebenarnya orang Madura memiliki karakter dan sifat terbuka terhadap perubahan maka tidak heran jika Majalah Tempo berdasarkan riset pada tahun 1980 an pernah menempatkan suku Madura dalam lima besar yang paling sukses di Negara ini, hampir di tiap daerah bisa ditemukan “sate Madura” yang seolah menjadi trade mark orang Madura (Tempo Interaktif, 20 November 2011).
Dalam konsep stereotip antaretnik digambarkan bahwa berko munikasi dengan orang yang berbeda etnik, orang tersebut cen derung menilai orang lain dengan standar nilai-nilai budaya yang dimilikinya, bukan berdasar nilai budaya orang yang dinilainya. Hal ini memperkuat teori etnosentrisme, bahwa setiap kelompok memiliki sikap etnosentris, dimana suatu kelompok merasa folkwaysnya lebih unggul daripada folways outgroupnya, kebudayaan sendiri dimutlakkan.
Pendapat Bovee dan Thill serta Andrea L.Rich bahwa etno sentirisme merupakan kecenderungan untuk menilai suatu kelom pok lain menurut standar, tingkah laku, dan tradisi kelompok sendiri serta memandang kelompok lain lebih rendah. Stereotip sangat mempengaruhi perilaku manusia, khususnya komunikasi antar etnik, karena stereotip menentukan bagaimana seseorang bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain yang berbeda etnik tersebut.