Membaca Madura dari Serat Mortaseya

Begitulah jejak rekam suatu masyarakat berupa formulasi pikiran, perasaan, dan kemauan individu warga masyarakat senantiasa hadir dalam bingkai teks naskah yang bagus. Rekaman-rekaman tersebut tertuang dalam wujud teks yang dihadirkan dalam beragam aksara dan bahasa bahkan perantaranya. Dengan adanya teks peristiwa-peristiwa tersebut akan lebih mudah diteropong dan dijadikan sebagai referensi kejadian saat ini maupun masa depan.

Barangkali Serat Mortaseya sekadar contoh kecil yang luarbiasa agung. Oleh karena itu menjawab pertanyaan bagaimana mustinya Madura dipertahankan budaya masyarakatnya dari benturan ekonomi, social, juga budaya, hal itu bisa ditemukan ketika membaca Madura dari sisi lain tersebut. Tentunya bakal lebih arif bila membaca Madura berdasarkan informasi lain yang berasal naskah-naskah lama yang saat ini banyak tersimpan di museum-museum tetapi jarang disentuh. Salah satunya adalah museum Mpu tantular di Sidoarjo. Bagi yang terbuka mata pengetahuannya tentu akan mengatakan, “O begitu ya Madura dulu. Tidak seperti yang kupikirkan selama ini.”.

Lagi-lagi sangatlah disayangkan studi naskah atau filologi khususnya di Surabaya bisa dikatakan mati suri. Banyak hal yang menjadi penyebabnya. Salah satunya dan yang paling umum adalah studi ini masih dianggap kurang menjual bila dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain. Belum lagi studi ini mengharuskan seseorang menguasai persoalan aksara, tata bahasa, bahan naskah yang relatif sudah sangat jarang dimengerti oleh masyarakat sekarang.

Sebagai catatan akhir, tampaknya sudah saatnya kita kembali membuka peninggalan-paninggalan nenek moyang yang kaya akan ajaran-ajaran penjaga moral masyarakat. Dengan momen-momen liburan maupun darmawisata hendaknya bisa mengalihkan tujuan wisata yang lebih bermanfaat daripada harus menghabiskan jutaan rupiah sedangkan yang didapat hanya senang-senang belaka. Di sini siswa akan lebih mengetahui selanjutnya menghargai peninggalan-peninggalan lama terutama naskah sebelum naskah ini menjadi usang dan tak terjamah lagi. Wallohua’lam bishshowab

Dari: jairi-irawan.blogspot.com/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.