5. Karya-karya seni budaya orang Madura bisa dilihat dari beberapa karya ukir-ukiran yang melukiskan tumbuh-tumbuhan yang berupa sulur-suluran yang berbunga dan lebat daunnya. Pada beberapa jenis perahu Madura terdapat lenggi, penyanggah yang diukir berbentuk unggas. Penganten lelaki yang diantar ke rumah penganten puteri dulunya diiringkan “patampa” berupa pohon-pohonan dan buah-buahan yang dibuat dari kertas sebagai persembahan untuk pihak penganten puteri. Semua itu membuktikan adanya rasa cinta terhadap alam dan keragaman hayati, karena pada alam itu tersimpan rejeki yang akan menyambung hidup manusia.
6. Dalam perspektif Agama, Allah menjelaskan: “(Allah) menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan kamu punya tugas memakmurkan bumi” (Surat Hud ayat 61). Bumi disuburkan untuk diambil hasilnya, juga disuburkan dengan aneka macam tumbuhan dan pohonan yang bisa mengantisipasi bencana (banjir, tanah longsor dan lain-lain), juga mencegah agar gunung dan bukit selamat dari kegersangan dan kegundulan sehingga makhluk Allah yang bernama margasatwa terjaga dari kepunahan. Ingat, hutan adalah paru-paru dunia.
7. Allah berfirman: “Bumi ini diwariskan kepada hamba-hamba Allah yang saleh”. Hamba Allah yang saleh ialah orang yang takwa dan tidak berbuat kerusakan. Ketika bumi tidak diurus oleh orang yang saleh akan terjadi kerusakan dan bencana. Perhatian agama terhadap makhluk hidup misalnya bisa dicermati dalam ibadah haji: ketika seseorang mengenakan pakaian ihram, ia tidak boleh membunuh binatang dan membuat kerusakan. Hal ini menunjukkan betapa agama sangat peduli terhadap kelangsungan hidup flora dan fauna.
8. Dunia kita sekarang terancam oleh aneka pencemaran dan kerusakan habitat hidup serta keragaman hayati. Terancamnya habitat seharusnya dihadapi dengan tanggungjawab dan langkah-langkah kongkret untuk merawat semesta habitat di atas bumi ini. Tanggungjawab itu harus berkembang menjadi kecerdasan yang memberi perspektif kebudayaan baru terhadap kelangsungan hidup dan terjaganya kehidupan.
9. Bagi suatu bangsa, merawat habitat menjadi bagian dari cinta tanah air dan bangsa. Tanah air adalah tempat berbakti kepada Tuhan dengan berbuat kesalehan dan mencegah kerusakan. Membiarkan kerusakan lingkungan hidup berarti tidak mencintai anak cucu, karena bumi tempat tinggal kita ini akan kita wariskan kepada anak cucu. Anak cucu kita nanti akan menilai kita, kita ini termasuk kakek moyang yang baik atau tidak tergantung sikap kita sekarang ini terhadap alam dan lngkungan.