Runtuhnya Seorang TiranTahun-tahun menjelang runtuhnya Susuhunan Amangkurat I, tiran nan lalim dari Kerajaan Mataram, adalah masa penuh bencana. Panen gagal karena musim kering berkepanjangan dan serangan hama yang menggila. Pada awal 1677, paceklik melanda seluruh negeri. Alam yang murka pun mengirim sasmita: Gunung Merapi, yang memayungi telatah Mataram, meletus pada 1672. Lalu, ada gerhana bulan dan matahari. Bahkan, gerhana matahari total menggelapkan tanah Jawa Tengah pada Desember 1676. Gempa terjadi berkali-kali.Saat itu pula, tibanya akhir abad ke-17 Caka (tahun Caka 1600 bermula pada Maret 1677 Masehi). Itulah masa ketika, menurut kepercayaan Jawa, seorang raja tersungkur dari tahtanya. Dan rakyat Jawa kala itu, memang meyakini bakal datangnya perubahan besar dalam hidup mereka.L’histoire c’est repeate, kata orang Perancis. Sejarah berulang. Nah, dengan semangat belajar dari sejarah, Tatik S. Hafidz menukilkan sepenggal sejarah Mataram – yang sering disebut memberi inspirasi pada pemerintahan Orde Baru yang baru saja berlalu – untuk Anda. Nukilan ini dipetik dari karya sejarawan M.C. Ricklefs: War, Culture and Economy in Java, 1677-1726.
Kisah Tiga Kerajaan
Ada tiga imperium yang berkuasa di Jawa Tengah dan Jawa Timur pada pertengahan 1677. Yang pertama, nyaris runtuh. Yang kedua, baru saja tumbuh tapi umurnya tak panjang juga. Dan yang ketiga, terjepit di tengahnya, tak tahu mesti berbuat apa.
Yang pertama adalah Kerajaan Mataram, yang keruntuhannya mengawali masa-masa berat yang dialami Keraton Kartasurya (1689-1745). Yang kedua adalah kerajaan yang baru saja didirikan Raden Trunajaya. Bangsawan dari trah ningrat Madura Barat itu, pada usia tiga puluhan sukses memimpin koalisi anti-Mataram. Yang ketiga adalah Serikat Dagang Hindia Belanda (VOC), yang ketika itu kebingungan: siapa mesti didukung.
Kerajaan Mataram, berdiri pada akhir abad ke-15 lewat serangkaian suksesi berdarah, yang mewarnai pergeseran kekuasaan di Jawa setelah runtuhnya imperium Majapahit. Kerajaan baru itu butuh waktu sekitar enam dasa warsa untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil yang, sepeninggal Majapahit, bertebaran di wilayah Jawa Tengah dan Timur. Penaklukan ini mewariskan ketegangan politik, ekonomi, dan budaya yang berlnjut lama sesudahnya. Sukses ekspansi Mataram sebagian terbesar adalah berkat upaya Sultan Agung (1613-1646), raja terbesar dinasti itu. Sultan Agung dikenal sebagai raja yang sukses, kreatif namun brutal ketika menghadapi lawan politiknya.