Moh. lmam Farisi
Pangeran Saccadiningrat I (Raja Sumenep VII)
Babad menyebutkan sepeninggal Pangeran Mandaraka, kerajaan dibelah dua, antara
Pangeran Bukabu den Pangeran Baragung. Tentang Pangeran Bukabu Babad tidak banyak terberitakan dalam, tidak seperti P. Baragung. P. Baragung mempunyai seorang puteri bemama Endang Kilengngan, yang kawin dengan Bramakandha. Dari hasil perkawinannya itu, lahir seorang putera bernama Wakung Ru’yat. Setelah dewasa dia menggantikan ayahnya sebagai raja Sumenep, bergelar Pengeran Saccadiningrat I. Pusat pemerintahannya berada di Benasareh. Pada waktu Itu kerajaan Sumenep masib berada di bawab kekuasaan Majapahit
Pangeran Saccadiningrat I ini kawin dengan Dewi Sarine. puteri Pangeran Bukabu, yang kemudian mempunyai anak perempuan bemama Saine, yang bergelar Puteri Kuning. Dengan perkawinan di antara kedua keturunan raja Sumenep itu (Pangeran Bukabu dan Pangeran Baragung) mungkin diharapkan timbulnya persatuan kembali di antara keluarga raja Sumenep, yang pecah sepeninggal P.Mandaraka. Atas dasar ini, kerajaan Sumenep dapat dipersatukan kembali pada masa pemerint ahan P. Saccadlnirigrat I.
Model perkawinan demikian kita kenal dalam sejarah kuna Indonesia, yang dikenal sebagai perkawinan politik (the export of princesses), atau menurut istilah Berg adaLah “in a devine unio mystica” (Zoetmutder 1965, 331-332). Hal ini dilakukan sebagai peningkatan metode guna mempertaharikan politik suatu kerajaan dengan cara pengikatan melalui suatu pranata perkawinan. Dari cara itulah yang dipilih oleh Pangeran Saccadiningrat 1.
Puteri Kuning. memiliki kegemaran bertapa. Pada suatu waktu dia pergi ke gunung Pajuddan untuk bertapa. Setelah 7 hari 7 malam, tepat tanggal 14 malam bulan pumama dia bermimpi bertemu dengan seseorang, dan melakukan persetubuhan dangannya. Orang itu kemudian dikenal sebagai Adi Poday, putera kedua Panembahari Blingi, yang bergelar Arya Pulangjiwo yang berkuasa Si Pulau Sepudi. Dan karena mimpinya itu Puteri Kuning akhirnya mengandung. Kemudian lahirlah seorang putera yang diberi nama Joko Tale.
Dari kisah di atas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya perkawinan Puteri Koneng dengan Adi Poday sebenamya tidak mendapat persetujuan ayahnya, sebab Sapudi merupakan kerajaan bawahan Sunenep. Tentang bagaimana pemerintahan Sumenep di bawah Pangeran Saccadiningrat I, Babad tidak menceritakan.
mohon tanya, babad yang dimaksudkan di atas karangan siapa?. masih ada apa tidak babad tersebut?
Izin copas