Dan terjadinya pemberontakan Kelana Bhayangkara (Cayaraja) seperti dilaporkan Kidung Panji Wijayakrama (pupuh I), Kidung Harsawijaya dan Nagarakartagarna pupuh XLI/4 (Mulyana: 1979, 103a104). Dalam kerangka berpikir demikian, dapatlah kiraniya dimengerti alasan pemecatan Arya Wireraja.
Sebagai Adipati di Sumenep, tidak banyak berita yang kita ketahui, kecuali hubungannya dengan Jayakatwang, raja Gelang-gelang dalam pemberontakannya terhadap Kertanegara, dan hubungan dengan R. Wijaya, dalam hal pendirian Kerajaan Majapahit. Tetapi mungkin dapat dipastikan bahwa Arya Wiraraja adaIah seorang negarawan yang ulung, strategi politik yang lihai, dan seorang yang ambisius. Sehingga dapat dikatakan, Sumenep pada mesa pemerintahannya mengalami kemajuan yang pesat dan memiliki pengaruh yang besar terhadap rakyat.
Hal ini terbukti dari kemampuannya mengerahkan laskar Madura di dalam membantu R. Wijaya membuka hutan Tarik yang meruipakan cikal-bakal Kerajaan Majapahit, dan di dalam membantu R. Wijaya mengusir tentara Tartar Cina pada tanggal 31 Mel 1293 M (Kodya Th. II Surabaya, 1975).
Dan dapat diperkirakan pada masa pemerintahan Adipati Arya Wiraraja di Sumenep yang berlangsung antara tahun 1270 – 1275 M (saat Kertanegara diangkat sebagai Raja Singasari dan sebelum ekspedisi Pamalayu) sampai tahun 1294 M (diangkatnya Arya Wiraraja sebagal Rakryan Mentri Mahapramukha, seperti disebutkan dalam P. Ktidadu), jadi sekitar 25 – 30 tahun, pusat pemerintahannya berada di Batu Putih.
Setelah Wiraraja berada di Majapahit (sampai tahun 1295 M), pemerintah di Sumenep diserahkan kepada saudaranya Arya Bengali. Pusat pemerintahannya dipindah ke Benasareh. Setelah itu Arya Bangah diganti lagi oleh putranya Arya Danurwenda, yang bergelar Lembu Suranggono, dan keratonnya dipindah ke Tanjung. Setelah wafat kekuasaannya diserahkan kepada putranya Panembahan Joharsari. Selanjutnya kepada puteranya Panambahan Mandaraka, kadipatennya dipindahkan lagi ke Keles. Sepeninggalnya Kerajaan Sumenep dibagi menjadi dua, pertama dipimpin oleh Pangeran Bu-kabu (Notoprodjo), dan kedua oleh Pangeran Baragung (=Sumber Agung).
Apa yang menyebabkan pembelahan kerajaan tersebut, disebutkan oIeh Babab agar tidak terjadi perebutan kekuasaan yang dapat menimbulkan perpecahan di dalam keluarga kerajaan tersebut. Alasan ini tak dapat dibandingkan dengan pembelahan kerajaan yang diLakukan raja Airlangga, sekitar tahun 1942 M (Mulyana; 1979, 26-44).
Dengan pembahasan di atas, kiranye dapat disimpulkan bahwa pemerintahan Sumenep dimulai oleh pemerintahan Arya Wiraraja (Abdurachman, 1971, 5-7).
*****
Artikel bersambung:
- Raja-Raja Sumenep Masa Pra Islam (1271 – 1527 M)
- Pangeran Saccadiningrat I dan II ( Raja Sumenep)
- Pangeran Saccadiningrat III (Raja Sumenep X)