Sastra Madura Potensi Budaya Yang Mulai Terabaikan

Pong-pong gi’ kene’ gi’ ngodha-ngodha
Pabajeng nyare elmo akida
Manabi nyaba dhapa’ gan dhadha
Kastana ampon bi’ tadha’padha

Terjemahan:
Mumpung masih kecil masih muda-muda
Rajinlah mencari ilmu akidah
Apabila nyawa telah sampai di dada
Menyesalpun tidak akan ada manfaatnya

Mayyidda nanges e dhalem kobur
Enga’ odhi’na gabay ta’ lebur
Lemang baktona lakona kendhur
Seksana kobur patang kajendhur

Terjemahan:
Mayatnya menangis di dalam kubur
Mengingat hidupnya berbuat buruk
Lima waktunya dikerjakan asal
Siksa kubur silih berganti

E dhalem kobur tako’ parana
Enneng kadibi’ tadha’kancana
Bannya’ amal se ta’ katarema
Amarga bangal ka reng towana

Terjemahan:
Di dalam kubur takut sekali
Tinggal sendirian tidak ada teman
Banyak amal yang tidak diterima
Karena berani pada orangtuanya

Dungngeng dan syi’ir secara umum sering dijumpai keberadaannya dalam masyarakat. Hal tidaklah aneh mengingat hubungan kekerabatan masyarakat Madura dan jiwa relijius mereka masih sangat kuat dan kental sehingga tingkat interaksi sosial dan kegiatan relijus mereka masih tinggi. Tingginya tingkat interaksi sosial dan seringnya diadakan kegiatan relijius seperti pengajian dan perayaan-perayaan agama, maenyebabkan kesempatan penyampaian sastra jenis ini menjadi semakin besar pula. Karena sifatnya yang umum dan tumbuh berkembang bersama tradisi-tradisi populis yang ada di pulau Madura inilah, maka kadang sastra jenis ini disebut sastra primer.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.