Topeng diciptakan agar mampu mengusir dan berdamai dengan roh-roh jahat yang mengganggu kehidupan mereka. Dalam perkembangan selanjutnya, topeng dipergunakan oleh Sunan Kalijaga sebagai media dalam menanamkan nilai-nilai Islam. Yaitu dengan jalan menciptakan bait-bait, gending-gending maupun jalinan kisah (cerita) yang mengandung nilai-nilai moral, nilai-nilai filosofi Islam. Oleh para Sunan dan dalang-dalang yang inovatif dan kreatif, tokoh-tokoh baru diciptakan dan alur cerita mengalami perubahan. Dari cerita yang syarat dengan bobot filosofi Hindu, di ganti dengan tokoh-tokoh dan alur cerita yang mengandung nilai dan filosofi Islami.
Tanpa mengubah tema cerita, yaitu pertentangan dan konflik antara tokoh antagonis dan protagonis.Dalam masyarakat animisme dan Hinduisme, prosesi dalam kehidupan sehari-hari senantiasa dikaitkan dengan ritual-ritual. Mulai prosesi ketika manusia masih dalam rahim ibu, sampai ketika manusia menuju liang lahat. Ritual-ritual tersebut misalnya, selamatan kandungan (pelet kandung), Rorokadan (rokat), Mamapar (potong gigi), sunatan, perkawinan dan lainnya.
Untuk menyemarakkan acara tersebut sering dipentaskan Mocopat (mamaca).Melalui media mamaca, para Sunan menciptakan tembang-tembang yang berisi ajaran, anjuran dalam upaya membentuk kepribadian. Isi materi dalam tembang mocopat berisi ajakan untuk mencintai ilmu pengetahuan, pesan-pesan agama yang menitikberatkan pada ajaran moral dan budi pekerti serta mencari hakekat kebenaran sekaligus membentuk manusia berbudaya.Topeng dalang (Madura) dan mamaca merupakan dua contoh media kesenian yang dipakai oleh para mubalig masa lalu dalam menanamkan nilai-nilai Islam.
Kedua contoh di atas merupakan contoh kekayaan seni pertunjukan yang dimiliki oleh masyarakat Madura. Seni pertunjukan lainnya, misalnya Sinthung dan Sandur Pantel dari Ambunten, musik instrumentalia Saronen, gamelan, tembang maupun karya sastra lisanSastra lisan merupakan embrio dari sastra pertunjukan, karena ide dan ruh dari sastra pertunjukan diambil dari karya sastra lisan. Hal ini berkaitan dengan perkembangan dunia sastra saat ini, bahwa bentuk sastra tulis baik cerpen maupun puisi bisa diaplikasi dalam bentuk sastra pertunjukan.