Tetapi globalisasi bukanlah segala-galanya. Selain akan terjadi globalisasi secara bersamaan, budaya-budaya lokal tetap diharapkan menjadi benteng berpijak untuk melangkah pada percaturan transnational.
Kita tidak tahu lagi, apakah kita orang Madura, orang Jawa, orang Jepang atau dari suku benua lainnya; apabila berada di atas dataran budaya global. Dalam posisi seperti ini barangkali (etnis Madura) tidak dapat berbuat lain, kecuali melakukan “perlawanan” secara moral dengan tetap mempertahankan dan menjunjung nilai-nilai yang menjadi “kekuatan” bagi keutuhan masyarakat Madura. Barangkali salah satu bentuk action untuk mengimbangi gegap-gempitanya budaya-budaya instant yang tampak di depan kita, seni tradisi Madura perlu diperkenalkan kembali, bukan sekedar wacana, tapi dengan diperlakukan sebagai wilayah kebutuhan fundamental masyarakat.