Aliansi strategis kaum santri Jawa dan Madura berpadu dalam keningratan sekaligus. Ini merupakan fakta pertama bahwa tradisi Madura tidaklah terbelah kedalam santri, priyayi atau abangan sebagaimana Geertz mengkaji Mojokuto. Dalam diri Trunojoyo tersirat spirit pembelaan terhadap eksistensi politik lokal, keislaman dan identitas kultural. Di Madura, semua orang dapat saja menyebut dirinya santri, hatta yang paling blater sekalipun. Perlawanan Trunojoyo juga memberikan arti betapa etnis-etnis utama Nusantara (Trunojoyo yang mewakili Madura, Kaum santri Giri yang mewakili Jawa, serta Kraeng Galesong dari Bugis) dapat bersatu. Perlawanan lintas sektoral ini sebenarnya merepresentasikan sebuah simbol antitesis terhadap hegemoni kultur tertentu.
Bahwa di Madura, bukit dapat saja disebut gunung, atau hijau yang disebut biru merupakan kreatifitas anti hegemoni ini. Penyebutan simbolik tentang gunung ala Madura, yang mungkin bagi orang Jawa hanyalah secuil bukit merupakan bukti antitesis kreatif. Orang Jawa tidak akan pernah menyangka, bahwa “gunung” tertinggi di Madura hanyalah setinggi 400 meter. Orang Jawapun akan heran jika melihat air terjun versi Madura yang tidak lebih tinggi dari bubungan atap rumah bertingkat. Penyebutan biru bagi warna hijaupun sebenarnya mengandung sebuah kemoderenan. Paling tidak kalau kita berpikiran eurosentris yang menganggap barat lebih unggul dari timur. Karena dalam masyarakat Yunani di Eropa, hijaupun tidak dibedakan dengan biru (Mien. A.Rifai:2007).
Istilah onggha dan toron dalam perspektif geokultural seirama dalam kasus semiologi Timur Tengah yang juga subordinatif dan mengandung muatan sentimen psikokultural. Adalah Chelhold, pakar Semiotika barat yang mampu menjelaskan makna politik tangan kanan dan tangan kiri. Bagi Chelhold, istilah Yamin (kanan) dan Syimal (kiri), bukan saja persoalan pelekatan nilai namun menunjukkan sebuah ishomorfik peralihan moralitas dari baik ke buruk yang dimulai dari konsep politik geografi. Yamin (kanan) menurut Chelhold selalu berkaitan dengan Yaman, kawasan selatan Arab yang menjadi perlambang kebahagiaan besar (yumn), kemakmuran, keberhasilan. Yaman juga menjadi tempat berasalnya angin yang bertiup yang membawa keberuntungan. Konsep tentang Yaman ini dipertentangkan dengan syimal (kiri) yang menjadikan Arab bagian utara sebagai simbol. Kawasan utara Arab seperti Syiria (Syam) selalu dikaitkan dengan kiri yang memiliki makna kegagalan (su’m) serta sihir (Roger Joseph:1985).