Tanah Nusantara sangat terkenal di Manca negara (kalonta da’ manca naghara). Tanah ini dikenal begitu subur dan mampu menjadikan segala macam tanaman dapat digunakan bagi kepentingan rakyat Indonesia tumbuh. Tumbuh-tumbuhan yang daunnya menghijau lebat merupakan pertanda betapa makmurnya tanah Nusantara. (mentamenan tombu ghumbhus rampa’ cengngar ngabhiru). Kekayaan alam yang tersedia di negeri ini tidak akan ada artinya apabila tidak diiringi dengan semangat untuk bekerja dengan giat (pacakang alako). Oleh karena itu, sudah saatnya bagi putra-putri Indonesia untuk menyingsingkan lengan baju guna mewujudkan negara yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
(11) Pajjhar
Pajjhar ampon ngombar dari mongging temor, bulan pornama abak ngabara pon para competdha. Angen ser-ngalesser cellep tape seggher, Bintang porteka ngadhirap terrang sonarra ngabhiru. Ajam saroju’ pada akongko’ monyena sanget lante, Menangka tandha nyara sadhaja kasokana abungo. Pajjar ampon ngombar dari mongghing temor, Soddhi taretan nyara sahaja pada’a alako.
“Pajjhar” (fajar) adalah lgu yang mengajak orang untuk bangun pagi-pagi dan segera bekerja di sawah atau ladang. Semakin pagi pergi ke sawah atau ladang, semakin baik pula hasil pertanian yang mereka garap. Ajakan bangun pagi adalah ajakan yang baik karena dengan terbiasa bangun pagi, etos kerja dapat dibangun dan ditingkatkan.
(12) Pajjhar Lagghu
Pajjhar lagghu arena pon nyonara.
Bapa’ tane se tedung pon jhagha’a.
Ngala’ are’ ben landhu’ tor capengnga,
A jhalananna ghi’ sarat kawajibhan.
Atatamen mabannya’ hasel bhumena.
Mama’mor nagharana tor bangsana.
“Pajjhar Lagghu” (fajar pagi) adalah lagu yang menggambarkan kegiatan masyarakat pedesaan Madura di pagi hari. Ketika fajar tiba, para petani pergi ke sawah membawa cangkul dan topi (Ngala’ are’ ben landhu’ tor capengnga) untuk bertani guna menghidupi keluarganya. Mereka bertani tidak hanya untuk memberi makan keluarga mereka tapi juga untuk kemakmuran negara dan bangsanya (Mama’morra nagharana ban bangsana.) Bagi masyarakat Madura bekerja sebagai petani menjadi pekerjaan utama. Meskipun tanah Madura kurang subur, dengan semangat kerja yang giat dan pantang menyerah mereka dapat hidup dari bercocok tanam tersebut.
Sudah menjadi kebiasaan masyarakat Madura untuk bergotong royong dalam bercocok tanam. Kaum lelaki dewasa mencangkul di sawah. Anak-anak yang sudah dewasa dan cukup kuat untuk menggunakan cangkul tidak segan-segan membantu bapak mereka bercocok tanam di sawah dan di ladang. Bagi kaum perempuan, tugas mereka yang utama adalah memasak di dapur dan mengantarkan makanan tersebut ketika siang hari. Semua anggota keluarga memiliki peran dan mereka melaksanakan peran mereka dengan gotong royong. Tanpa gotong royong, pekerjaan mereka akan lama terselesaikan.