Jika Banyak Wedi atau lebih dikenal sebagai Arya Wiraraja didelegasikan sebagai wakil raja di Sumenep 742 tahun lalu sesuai pakem peringatan hari jadi, maka ini seakan-akan menunjukkan bahwa proses politik Arya Wiraraja mulai timbul pada masa Kertanegara (1268-1292). Hal ini mengabaikan fakta bahwa Arya Wiraraja sebenarnya memiliki peranan besar jauh sebelum mutasi politik dilakukan Kertanegara. Arya Wiraraja telah memegang posisi politik strategis sejak ayah Kertanegara, Wishnuwardhana memerintah antara tahun 1248 sampai 1268. Wishnuwardhana sendiri bernama asli Ranggawuni, cucu Ken Arok melalui putranya, Anusapati. Wishnuwardhana alias Ranggawuni naik tahta setelah membunuh pamannya, Tohjaya. Secara genetis, Anusapati, ayah Wishnuwardhana merupakan keturunan Tunggul Ametung dan Ken Dedes. Namun Wishnuwardhana lebih dicitrakan sebagai cucu Ken Arok karena posisi politik yang dipegang ayahnya, Anusapati yang menjadi pengganti Ken Arok.
Dalam memerintah, Wishnuwardhana dibantu oleh Mahisa Campaka sebagai Ratu Angabaya. Mahisa Campaka merupakan keturunan biologis asli Ken Arok dengan Ken Dedes. Dengan demikian, pada masa Wishnuwardhana, terjadi perpaduan politik yang solid antara dua kekuatan politik Singasari yaitu keturunan Ken Arok-Ken Dedes yang tercermin dalam diri Mahisa Campaka dan keturunan Tunggul Ametung-Ken Dedes yang tercermin dalam diri Wishnuwardhana. Konteks politik inilah yang mewarnai awal karir politik Arya Wiraraja saat itu.
Arya Wiraraja sendiri meninggal pada tahun 1311 tanpa pernah jelas kapan tahun kelahirannya. Namun, dalam catatan DR Purwadi dalam The History of Javanese Kings, Arya Wiraraja ditaksir berumur sekitar 40 tahun ketika ekspedisi Pamalayu diberangkatkan Kertanegara ke Sumatera. Sementara ekspedisi Pamalayu sendiri diberangkatkan tahun 1275. Jika analisa DR Purwadi benar, maka Arya Wiraraja dilahirkan pada tahun 1235, alias berumur 34 tahun pada tahun 1269 ketika ditugaskan ke Sumenep.