D.G.E Hall, profesor emeritus sejarah Asia Tenggara dari London University menyebutkan beberapa daerah yang disinyalir sebagai bentangan pertahanan alami Singasari seperti Pahang di Malaysia, Bakulapura di Kalimantan, serta Madura dan Bali. Secara geopolitik, Madura merupakan basis strategis membendung serangan Mongol terutama yang datang lewat laut Jawa. Jika Mongol menyerang Singasari, sebelum sampai ke Singasari mereka harus berhadapan dengan Melayu dan Pahang di barat, Bakulapura dan Madura di utara serta Bali di timur. Dengan strategi politik ini, maka tak ada wilayah Singasari yang terbuka. Seluruh daerah yang dianggap berpotensi menjadi tempat pendaratan pasukan Mongol telah ditutup kecuali pantai Tuban, Gresik dan Surabaya. Faktanya, Mongol memang hanya mendarat di Tuban dan tidak menyerang melalui Madura, Bali atau Selat Malaka. Boleh jadi, Mongol tidak melewati selat Malaka, tapi berlayar langsung melalui laut Cina Selatan kemudian ke laut Jawa.
Tesis Berg ini merupakan pendapat menarik serta antitesis terhadap teori klasik bahwa Arya Wiraraja bermusuhan dengan Kertanegara. Tesis Berg menunjukkan bahwa posisi politik Arya Wiraraja tak surut meski dimutasi ke Sumenep. Justru posisi ini menjadi kuat seiring strategi politik Singasari.namun, tesis Berg ini perlu dikritisi karena selain analisanya menggunakan kacamata masa kini yaitu teori detente dalam politik internasional juga tidak bersumber kepada naskah-naskah klasik namun hanya sebatas analisa terhadap naskah klasik.
Uniknya, posisi politik Arya Wiraraja bukan saja kuat di Singasari tapi juga tangguh di hadapan lawan politik Singasari yaitu Kediri dibawah Jayakatwang. Ketika Jayakatwang mengkudeta Kertanegara, maka Arya Wiraraja masih sempat menggunakan pengaruhnya agar Wijaya, salah satu tokoh Singasari yang selamat dari peperangan dengan Kediri diberi suaka politik. Arya Wiraraja menganjurkan agar hutan Tarik di Mojokerto dibuka menjadi kota baru Majapahit. Dari peristiwa ini dapat diketahui besarnya pengaruh politik Arya Wiraraja baik dihadapan Kediri maupun Singasari. Juga bahwa Arya Wiraraja dan komunitas Madura ikut mendirikan Majapahit. Peranan Arya Wiraraja dalam perguliran kekuasaan dari Singasari kemudian Kediri dan terakhir ke Majapahit disebut secara berturut-turut dalam tembang Dhandanggula, Mijil dan Pangkur sekaligus.