Pengaruh politik ini juga menguat menjadi sikap oposisi yang manis ketika Majapahit dibawah Jayanegara, anak dari Wijaya. Ketika Wijaya berhasil menjadi raja Majapahit seiring jatuhnya Jayakatwang oleh serangan Mongol. Arya Wiraraja ditarik kembali menjadi wakil raja yang berkedudukan di Lumajang. Tak jelas pada tahun berapa Arya Wiraraja ditarik keluar Sumenep. Perkisaran tahun yang dapat dikalkulasi adalah sekitar 1293 sampai 1309 yaitu rentang waktu pemerintahan Wijaya. Namun, tahun yang mendekati akurasi adalah tahun 1293, awal naiknya Wijaya. Jika tesis ini benar, maka Sumenep hanya diperintah Arya Wiraraja minimal sekitar 24 tahun dihitung sejak masa mutasinya tahun 1269.
Tapi posisi politik ini hanya stabil di masa Wijaya. Ketika Wijaya wafat dan digantikan Jayanegara, aktifitas politik Arya Wiraraja menjadi surut. Loyalitasnya kepada pemerintah pusat Majapahit menjadi labil, meski putranya yaitu Nambi menjadi perdana menteri Majapahit. Saat-saat terakhir Arya Wiraraja diwarnai pembangkangan halus dan sikap oposisi kritis terhadap Jayanegara. Pengaruh politik Arya Wiraraja yang kuat menjadikan Jayanegara enggan menyerang Lumajang. Berbeda dengan lawan politik Jayanegara lainnya seperti Ronggolawe dan Lembu Sora, Arya Wiraraja dianggap sesepuh yang disegani. Tapi ketika Arya Wiraraja wafat tahun 1311, empat tahun kemudian (1316) Jayanegara tak sungkan lagi untuk menyerang Lumajang dan membunuh Nambi, putra Arya Wiraraja.
Paparan sederhana sejarah Arya Wiraraja diatas menunjukkan kepada kita betapa besar peranan Arya Wiraraja sejak masa Singasari, transisi Singasari-Kediri dan Majapahit. Arya Wiraraja bukanlah tokoh lokal Sumenep saja, namun dia ikut mewarnai percaturan politik di tanah Jawa sejak Wishnuwardhana, Kertanegara, Jayakatwang, Wijaya dan terakhir Jayanegara. Diapun ikut berperan dalam strategi politik membendung Mongol dibawah Kubilai Khan dan ikut mendirikan Majapahit. Kematiannya pada tahun 1311 di Lumajang menunjukkan pula matinya sikap oposisi moderat terhadap pemerintahan pusat Majapahit.
dimuat di majalah Suluh MHSA edisi Oktober 2011 dan syarifhidayatsantoso.wordpress.com/
*) Penulis adalah penggemar buku. berdomisili di Sumenep