Makna yang Terkandung dalam Bait-Bait Ker-Tanoker
Kata Ker-tanoker merupakan diksi yang mendekati kata “soker” (tidak bertegur sapa), dengan demikian terjadi keserasian pengucapan baik di awal kalimat maupun akhir kalimat pada pantun yang diucapkan. Walaupun bahasa yang digunakan sangat sederhana, namun mengandung makna tersirat mendalam. Makna mendalam yang terdapat pada syair ini tentang esensi persaudaraan, persahabatan, dan perdamaian. Hal ini disebabkan dalam interaksi sosial dalam kehidupan yang komunal, setiap pribadi dan individu, masing-masing mempunyai kepribadian, watak, dan karakter yang berbeda. Tentu saja dalam proses interaksi tersebut akan terjadi benturan-benturan, baik pemikiran, persepsi, keinginan, maupun kepentingan. Akibat dari ketidaksamaan tersebut maka akan terjadi perdebatan, pertengkaran bahkan menjurus pada pertikaian fisik.
Untuk meredam berbagai bentuk benturan tersebut syair ini memberikan rambu-rambu bagaimana harus berbuat, yaitu sebuah sikap mengalah. Mengalah belum tentu kalah. Peribahasa mengatakan,” Kalah jadi arang, menang jadi abu”. Dengan memiliki sikap mengalah maka akan terbangun sebuah kerukunan, dan dalam dimensi yang lebih luas akan terbangun perdamaian yang abadi. Karena hakekat sesungguhnya dari setiap pertengkaran dan pertikaian adalah untuk menguji kerukunan. Bila terjadi perselisihan, berarti kerukunan sedang di uji. Mendahului berbuat baik, mendahului menyapa, mendahului membuka area diplomatik menunjukkan kematangan emosional maupun spiritual yang tinggi. Dengan demikian mendahului berbuat baik, yaitu dengan jalan menyapa maka akan mempererat tali persahabatan dan persaudaraan, tali silaturrahim serta akan melanggengkan perdamaian.
Sikap mengalah dan sifat pemaaf harus dimiliki oleh setiap individu, dan itu perlu ditanamkan sejak dini. Oleh karenanya, syair Ker-tanoker memberikan gambaran kongkrit bagaimana harus bersikap ketika menghadapi pertentangan maupun pertikaian, yaitu dengan cara mengalah dan menyapa. Membuka area diplomatik dapat dilakukan dimana saja, terutama tempat-tempat yang memungkinkan orang bertemu dan berkumpul. Dimana orang melakukan aktivitas keseharian dalam memenuhi kebutuhan hidup maupun saling ber-interaksi sebagai makhluk sosial. Tempat-tempat tersebut, antara lain di jalan, di langgar, di sendang, maupun di pasar. Sebagaimana yang termaktup pada isi syair,