Asta Tinggi merupakan tempat pemakaman keluarga raja-raja Sumenep terletak di desa Kebunagung (bisa dimaknai kebunnya orang agung – kebunnya Raja), letaknya sekitar 2,5 kilometer ke atrah barat dari pusat kota Sumenep, yang dibangun oleh para Adipati yang pernah memerintah di Sumenep. Komplek Asta Tinggi tersebut memiliki tujuh kawasan yakni:
1 Kawasan induk yang terdiri dan 4 ( empat ) ruang I blok, antara lain
a. Ruang/blok I terletak di sebelah barat dibagian utara berisi 3 cungkup, yakni;
– Cungkup Tumenggung Wirasekar dan Pangeran Pulangjiwo, berada disebelah utara atau belakang.
– Cungkup Pangeran Jimat beserta kerabatnya terletak di depan/selatan cungkup Tumenggung Wirasekar.
– Bindara Saud, Ratu Tirtonegoro beserta kerabatnya terletak di sebelah timur cungkup Pangeran Jimat,
b. Ruang/blok II terletak di sebelah timur bagian utara berisi cungkup berkubah adalah kuburan keturunan Bindara Saod, yang menjadi penguasa di Sumenep, terdiri dari kuburan:
– Asiruddin Raden Atmajanegara Panembahan Sumolo Sultan Natakusuma I,
– Raden Abdurrahman Aryo Tirtodiningrat Pakunataningrat Sultan Natakusuma II,
– Raden Mohammad Saleh Pangeran Notokusumo III,
– Raden Aryo Mangkudiningrat Pangerran Pakunataningrat II,
– Raden Aryo Pratamingkusumo,
– Raden Aryo Prabuwinoto.
– Ruang/blok III terletak bagian barat; bagian selatan berdiri Pendopo Bindara Saud sebagai prasasti tanpa tulis dalam peristiwa Patih Pulangjiwo,
c. Ruang/blok IV terletak di sebelah timur; bagian selatan yang merupakan halaman utama, juga letak gerbang utama untuk pintu masuk ke komplek Asta Tinggi. Ruang ini juga menghubungkan pada ruang III dan I, dengan melalui pintu gerbang bagian barat, dan menuju pada ruang II, melalui pintu gerbang bagian utara,
2. Kawasan kuburan Kiai Sawunggaling, yakni seorang tokoh pada jaman pemerintahan Ratu Tirtonegoro. Tokoh ini pernah membela Bindara Saod saat mendapat ancaman dari Patih Purwonegoro. Dan sebagai monumen sejarah maka dibangunlah Pendopo yang terletak di halaman komplek Asta Bindara Saod.
3. Kawasan cungkup Patih Mangun, yakni seorang Patih yang meninggal dunia saat lnggris akan masuk ke wilayah Sumenep, beliau tewas ter tembak meriam tentara lnggris (baca: Sumenep Masa Pemerintahan Sultan Abdurrahman)