Perjalanan ritual Nyadar secara prinsip bisa dibedakan menjadi dua bagian utama. Pada hari pertama acara puncaknya adalah ziarah di makam para leluhur yang ada di Bujuk Gubang. Sedangkan pada hari berikutnya adalah haul atau yang lebih dikenal dengan Kaoman.
Selama dua hari Mossaik mencoba mereka setiap runtutan ritual upacara Nyadar. Bapak Satija, salah seorang pemuka adat, menegaskan doa-doa yang dibacakan dalam ritual Nyadar adalah berdasar cara Islam. Dan beberapa yang lain juga ada yang menggunakan mantra khusus. Menurutnya, upacara Nyadar saat ini sudah menjadi tradisi di masyarakat.
Karena tempat pelaksanaan upacara di desa Kebundadap maka orang-orang Pinggir Papas pada setiap kali pelaksanaan Nyadar akan numpang tinggal atau kos selama sehari semalam di rumah-rumah penduduk Desa Kebundadap. Padahal untuk mencapai lokasi tersebut, mereka harus menyeberangi sungai Sarokah yang cukup lebar dan berarus deras. Mereka menginap tanpa sewa, semata karena keihlasan masyarakat Kebundadap.
Pada Minggu (23/07) Mossaik tiba di lokasi sekitar jam 13.30 WIB. Sungguh diluar dugaan, di area sekitar asta sudah banyak orang. Beberapa sudah bersiap dengan menunggu di sekitar pintu asta. Pada asta Bujuk Gubang terdapat dua pintu. Kedua pintu tersebut berukuran cukup kecil, sekitar 1,5 meter dengan tinggi tak lebih dari dua meter.