Tradisi Pernikahan Sebagai Komodifikasi Sosial Masyarakat Madura

pengantin madura
Pengantin Madura

pengantin madura
Pengantin Madura

Prosesi pernikahan Orang Madura

Setelah hari dan tanggal pernikahan telah ditentukan, sang calon pengantin perempuan akan melakukan persiapan kecantikan di rumahnya. Persiapan kecantikan tubuh dalam adat Madura dilakukan 40 hari sebelum waktu pesta pernikahan. Selama 40 hari, sang calon pengantin perempuan dipingit dirumah.

Untuk perawatan kecantikan kulit sang perempuan biasanya menggunakan berbagai macam bedak, yaitu bedak penghalus kulit, bedak dingin, bedak mangir wangi, dan bedak bida yaitu bedak tradisional untuk menyehatkan kulit, menghaluskan wajah, menjadikan kulit kuning langsat, dan menghilangkan bau badan.

Resepsi pernikahan dalam adat Madura dilakukan selama tiga malam berturut-turut. Pada resepsi malam pertama, kedua mempelai pengantin datang ke tempat resepsi dengan diiringi para perias dan para kerabat yang dituakan. Setelah kedua mempelai tiba, diselenggarakanlah upacara muter dulang yaitu upacara ketika pengantin perempuan duduk bersila diatas sebuah baki, yaitu tempat untuk menyajikan makanan yang besar. Setelah itu, pengantin laki-laki datang dengan jalan jongkok menuju kearah pengantin perempuan. Pengantin laki-laki kemudian memutar baki yang diduduki oleh pengantin perempuan.

Upacara memutar baki ini melambangkan kesiapan pengantin laki-laki untuk memutar roda kehidupan rumah tangga. Setelah memutar baki yang diduduki oleh pengantin perempuan, pengantin laki-laki memegang kepala sang perempuan dengan mengucapkan kalimat, “Aku adalah suamimu dan engkau adalah isteriku”. Kemudian pengantin laki-laki mengajak pengantin perempuan berjalan menuju pelaminan. Pada resepsi malam pertama ini kedua pengantin mengenakan busana pengantin tradisional yang disebut lega.

Pada resepsi malam yang kedua pengantin mengenakan busana pengantin yang disebut kaputren. Pada malam kedua ini para tamu yang datang ke pesta hanya terdiri dari para kerabat yang dituakan dan kerabat dekat. Pada resepsi malam ketiga, kedua pengantin mengenakan riasan khusus yang disebut rias lilin dengan kebaya putih dan hiasan melati sebagai simbol kesucian. Setelah resepsi malam ketiga selesai, keesokan harinya kedua pengantin melakukan kunjungan kerumah keluarga dan kerabat. Pada setiap kunjungannya, pengantin perempuan akan diberi ontalan yaitu kalimat ucapan “selamat menempuh hidup baru”.

Untuk melakukan tradisi pernikahan tersebut harus mengeluarkan kocek berkisar 75-150 juta rupiah. Biaya ini biasanya dihabiskan untuk biaya hiburan yang menjadi ciri khas dari tradisi pengantin Jeren, seperti biaya penyewaan kuda dan musik karawitan, menampilkan wayang / ludruk sebagai hiburan untuk para tamu, untuk suguhan biasanya menyediakan 2-3 ekor sapi dalam sekali perayaan dan faktanya seluruh biaya tersebut akan dilimpahkan kepada keluarga perempuan.

Pada saat ada keluarga yang menikahkan anaknya, para tetangga pun tidak ikut diam setiap keluarga dalam satu desa diwajibkan menyumbang satu karung beras untuk keluarga calon pengantin. Beras ini akan ditimbang dan harus sesuai dengan takaran yang disepakati. Bila kurang sedikit saja, akan segera diumumkan lewat pengeras suara masjid. Walaupun sedikit terbebani tapi keluarga calon pengantin akan membalas jika ada keluarga yang menyumbang akan melaksakan pesta pernikahan untuk anak-anaknya kelak.

Para warga sangat antusias datang ke dalam pesta tersebut, tak jarang mereka menggunakan semua perhiasan yang mereka miliki seperti misalnya menggunakan 3 kalung bertumpuk, dengan gelang yang bertumpuk hingga sikut tangan, jumlah cicin yang dikenakan hampir di semua jari.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.