Peran Para Ulama
Kemajuan sistem pertanian masa lampau tidak terlepas dari peran para ulama penyebar agama Islam yang menularkan ilmunya kepada para petani. Berkembangnya sistem irigasi pertanian, cara mengolah tanah dan peternakan sapi Madura merupakan jasa Pangeran Katandur (Syd. Ahmad Baidawi) sebagai penyebar agama Islam yang sekaligus sebagai pengembang teknologi pertanian yang di Sumenep masa itu.
Dikirimkannya anggota keluarga bangsawan untuk menuntut pendidikan agama di beberapa pesantren yang ada di Jawa merupakan penanda berkembangnya agama Islam dalam lingkungan struktural.
Secara kukural penyebaran Islam di Madura berlangsung secara fleksibel – akulturasi – tanpa konflik dengan memanfaatkan budaya lokal dalam muatan nilai-nilai Islami.
Pada saat itu gelar Kiai berasal dari keluarga bangsawan, yang tidak mau menggunakan gelar kebangsawannya, dan menggantikannya dengan gelar Kiai. Namun dalam perkembangannya gelar Kiai diberikan kepada seseorang yang memiliki cakrawala pengetahuan agama yang luas, serta memiliki intelektual yang memberikan pelayanan dalam membina kehidupan masyarakat.
Untuk itu, perkembangan Islam secara kukural maupun struktural diperankan oleh tokoh sentral yang memiliki pengetahuan agama yang luas serta dalam kehidupan sehari-hari bersifat dan watak mulia, yaitu pemimpin yang menjadi tauladan bagi rakyat yang dipimpinnya. Perkawinan antara kerabat keraton dengan tokoh agama Islam semakin menguatkan perkembangan agama Islam di Madura.