Fungsi Sosial
Upacara nadar berfungsi sebagai media sosial, yaitu dipakai untuk mengutarakan pikiran, pesan, kepentingan dan kebutuhan hajat hidup orang banyak. Pesan, harapan, nilai atau nasehat yang disampaikan melalui upacara itu mendorong masyarakat untuk mematuhi warisan dari para lelu- hurnya. Selain itu, upacara nadar berfungsi sebagai media interaksi sosial atau kontak sosial antar warga masyarakat, seperti memasak bersama, ken- duri atau selamatan dan warga masyarakat berkumpul bersama. Dalam upacara ini masyarakat dapat saling memupuk gotong royong satu sama lain. Hal ini terwujud adanya kebersamaan, integritas, solidaritas, dan komunikasi antara warga masyarakat. Dengan kebiasaan tersebut, mereka menjadi saling tahu, kenal, bertegur sapa, bergaul dan menjalin hubungan baik sehingga upacara tersebut bisa mengikat seseorang dalam kelompok sosialnya. Semua ini berkaitan dengan nilai-nilai dan norma yang mengatur hubungan manusia dengan lingkungan sosialnya.
Upacara nadar juga berfungsi sebagai norma sosial dan pengendali sosial. Dalam pelaksanaan upacara nadar diperlukan adanya sesaji, yaitu nasi, ayam, telur, bandeng, bunga bedak, dan kemenyan. Sesaji ini merupakan norma atau aturan yang mencerminkan nilai atau asumsi apa yang baik dan apa yang tidak baik dalam hubungannya dengan pelajaran sehingga dapat dipakai sebagai kontrol sosial dan pedoman berperilaku bagi masyarakat pendukungnya. Dalam simbol terkandung pesan dan nilai-nilai luhur yang ditujukan pada masyarakat Papas Sumenep khususnya para petani garam. Nilai, aturan, dan norma tidak hanya berfungsi sebagai pengatur perilaku antar individu dalam masyarakat, tetapi juga menata hubungan manusia den- gan alam lingkungannya terutama kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Nilai atau makna yang terdapat dalam simbol sesaji upacara nadar adalah salah satu mekanisme pengendalian sosial. Mekanisme ini sifatnya ti- dak formal, yaitu tidak secara tertulis, tetapi hidup dalam alam pikiran manusia, diakui dan dipatuhi oleh sebagian besar warga masyarakat. Pen- gendalian ini bersifat positif karena berisi anjuran dan arahan sebagai pedo- man perilaku warganya sesuai dengan kehendak sosial atau masya-rakatnya.
Apabila dikaji lebih lanjut, dibalik upacara itu juga termuat nilai-nilai luhur yaitu motif menanamkan budi pekerti serta pengendali sosial bagi warga masyarakatnya. Motif-motif itu misalnya mengingatkan manusia pada kebesaran Tuhan Yang Maha Esa dan menghormati para leluhurnya. Nilai- nilai luhur adalah penting untuk pedoman perilaku dan kontrol sosial bagi warga masyarakatnya. Sebagaimana umumnya, masyarakat dapat terpelihara karena adanya pengendalian sosial yang mengatur pola tingkah laku warga masyarakat.