Upacara Nadar dalam Upacara Pembuatan Garam di Sumenep (3)

Fungsi Sosial

Upacara  nadar  berfungsi  sebagai  media  sosial,  yaitu  dipakai  untuk mengutarakan pikiran, pesan, kepentingan dan kebutuhan hajat hidup orang banyak.   Pesan,   harapan,   nilai   atau  nasehat   yang   disampaikan   melalui upacara itu mendorong masyarakat untuk mematuhi warisan dari para lelu- hurnya.  Selain  itu,  upacara  nadar  berfungsi  sebagai  media  interaksi sosial atau kontak sosial antar warga masyarakat, seperti memasak bersama, ken- duri  atau selamatan  dan  warga  masyarakat  berkumpul  bersama.  Dalam upacara ini masyarakat dapat saling memupuk gotong royong satu sama lain. Hal ini terwujud adanya kebersamaan, integritas, solidaritas, dan komunikasi antara warga masyarakat. Dengan kebiasaan tersebut, mereka menjadi saling tahu,  kenal,  bertegur  sapa,  bergaul  dan  menjalin  hubungan  baik sehingga upacara tersebut bisa mengikat seseorang dalam kelompok sosialnya. Semua ini berkaitan dengan nilai-nilai dan norma yang mengatur hubungan manusia dengan lingkungan sosialnya.

Upacara  nadar  juga  berfungsi  sebagai  norma  sosial  dan  pengendali sosial.  Dalam pelaksanaan  upacara  nadar  diperlukan  adanya  sesaji,  yaitu nasi,  ayam,  telur,  bandeng, bunga  bedak,  dan  kemenyan.  Sesaji  ini  merupakan norma atau aturan yang mencerminkan nilai atau asumsi apa yang baik dan apa  yang  tidak  baik  dalam  hubungannya  dengan pelajaran  sehingga  dapat dipakai  sebagai  kontrol  sosial  dan  pedoman  berperilaku  bagi masyarakat pendukungnya.  Dalam  simbol  terkandung  pesan  dan  nilai-nilai  luhur  yang ditujukan  pada  masyarakat  Papas  Sumenep  khususnya  para  petani  garam. Nilai,  aturan,  dan  norma  tidak  hanya  berfungsi  sebagai  pengatur  perilaku antar individu dalam masyarakat, tetapi juga menata hubungan manusia den- gan alam lingkungannya terutama kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Nilai  atau  makna  yang  terdapat  dalam  simbol  sesaji  upacara  nadar adalah salah satu mekanisme pengendalian sosial. Mekanisme ini sifatnya ti- dak  formal,  yaitu  tidak  secara tertulis,  tetapi  hidup  dalam  alam  pikiran manusia,  diakui  dan  dipatuhi  oleh  sebagian  besar warga  masyarakat.  Pen- gendalian ini bersifat positif karena berisi anjuran dan arahan sebagai pedo- man perilaku warganya sesuai dengan kehendak sosial atau masya-rakatnya.

Apabila  dikaji  lebih  lanjut,  dibalik  upacara  itu  juga  termuat  nilai-nilai luhur  yaitu  motif menanamkan  budi  pekerti  serta  pengendali  sosial  bagi warga masyarakatnya. Motif-motif itu misalnya mengingatkan manusia pada kebesaran Tuhan Yang Maha Esa dan menghormati para leluhurnya. Nilai- nilai  luhur  adalah  penting  untuk  pedoman  perilaku  dan  kontrol  sosial bagi warga masyarakatnya. Sebagaimana umumnya, masyarakat dapat terpelihara karena adanya pengendalian sosial yang mengatur pola tingkah laku warga masyarakat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.