Sebagian besar masyarakat di Indonesia mempercayai bahwa kehidupan manusia selalu diiringi dengan masa-masa kritis, yaitu suatu masa yang penuh dengan ancaman dan bahaya (Koentjaraningrat, 1985; Keesing, 1992). Masa-masa itu adalah peralihan dari tingkat kehidupan yang satu ke tingkat kehidupan lainnya (dari manusia masih berupa janin sampai meninggal dunia). Oleh karena masa-masa tersebut dianggap sebagai masa yang penuh dengan ancaman dan bahaya, maka diperlukan adanya suatu usaha untuk menetralkannya, sehingga dapat dilalui dengan selamat. Usaha tersebut diwujudkan dalam bentuk upacara yang kemudian dikenal sebagai upacara lingkaran hidup individu yang meliputi: kehamilan, kelahiran, khitanan, perkawinan, dan kematian. Tulisan ini terfokus pada upacara masa kehamilan yang disebut sebagai pelet kandung atau pelet betteng (pijat perut) pada masyarakat Madura, khususnya yang berada di daerah Bangkalan dan Sampang.
Waktu, Tempat, Pemimpin dan Pihak-pihak yang Terlibat dalam Upacara
Penyelenggaraan upacara pelet kandung diadakan ketika usia kandungan seseorang telah mencapai tujuh bulan. Sebelum upacara diadakan, pada bulan pertama saat seorang perempuan mulai mengandung, diadakan upacara nandai. Pada saat upacara nandai selesai, akan ditaruh sebiji bigilan atau beton (biji nangka) di atas sebuah leper (tatakan cangkir) dan diletakkan di atas meja. Setiap bulannya, di leper itu ditambah satu biji bigilan sesuai dengan hitungan usia kandungan perempuan tersebut. Dan, pada saat di atas leper itu telah ada tujuh biji bigilan yang menandakan bahwa usia kandungan telah mencapai tujuh bulan, maka diadakanlah upacara pelet kandung atau pelet betteng. Sebagai catatan, upacara masa kehamilan yang disebut sebagai pelet kandung ini diadakan secara meriah hanya pada saat seorang perempuan mengalami masa kehamilan untuk yang pertama kalinya. Pada masa kehamilan yang kedua, ketiga, dan seterusnya, upacara pelet kandung tetap diadakan, namun tidak semeriah upacara pada saat mengalami kehamilan untuk pertama kalinya.
Sebagaimana upacara pada umumnya, upacara pelet kandung ini juga dilakukan secara bertahap. Tahap-tahap yang harus dilalui oleh seseorang dalam upacara ini adalah sebagai berikut: (1) tahap pelet kandung (pijat perut); (2) tahap penyepakan ayam; (3) tahap penginjakan kelapa muda dan telur; (4) tahap pemandian; dan (5) tahap orasol (kenduri). Seluruh rentetan upacara ini biasanya dilakukan pada malam bulan purnama setelah sholat Isya, dengan pertimbangan bahwa malam bulan purnama adalah malam yang dirahmati Tuhan dan para peserta upacara telah terlepas dari rutinitas keseharian mereka.